Asuransi Mobil Otomate

Paket asuransi Mobil terlengkap dari ACA asuransi yang menyediakan mobil pengganti.

Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo)

Asuransi pengangkutan ACA menawarkan proteksi lengkap terhadap risiko-risiko yang mengancam barang Anda yang diangkut baik melalui darat, laut, maupun udara..

Kamis, 08 Oktober 2020

Mobil Terbakar Masih Bisa Klaim Asuransi?



Saat mobil terbakar, yang menjadi pikiran setelah menyelamatkan diri adalah mengurus mobil tersebut. Mobil yang terbakar tentunya butuh biaya perbaikan yang tak sedikit. 


Untuk itu, tak sedikit pemilik mobil yang bertanya, apakah mobil yang terbakar dapat diklaim ke asuransi?  


Terbakar Laurentius Iwan Pranoto, SVP Communication, Event & Service Management Asuransi Astra, mengatakan, ada beberapa syarat yang menentukan apakah klaim diterima. Salah satunya adalah adanya perubahan bentuk atau lainnya di mobil yang tak sesuai dengan awal pendaftaran.


"Dilakukan investigasi dahulu, apakah mobil berada dalam kondisi laik jalan atau bagaimana. Apakah ada modifikasi atau ubahan yang dapat membahayakan atau tidak. Sebab, ketika ada perubahan, pemilik wajib lapor ke asuransi dahulu," kata Iwan, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu. 


Iwan menambahkan, jika ubahan tersebut tidak dilaporkan, pihak asuransi bisa tidak menanggungnya. Jadi, walaupun hanya menambahkan kaca film, karena mengubah spesifikasi, harus dilaporkan. 


Berdasarkan Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia, klaim asuransi mobil yang terbakar bisa dilihat dari pengembangan kasusnya atau penyebabnya.


Pada Pasal 3 soal Pengecualian nomor 2, disebutkan bahwa pertanggungan (asuransi) tidak menjamin kerugian dan atau kerusakan kendaraan bermotor atau biaya yang langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh, akibat dari ditimbulkannya. 


Pertama, barang dan atau hewan yang sedang berada di dalam, dimat pada, ditumpuk di, dibongkar dari atau diangkut oleh kendaraan bermotor. 


Kedua, zat kimia, air, atau benda cair lainnya, yang berada di dalam kendaraan bermotor, kecuali merupakan akibat dari risiko yang dijamin polis.


Untuk risiko kebakaran yang dijamin, antara lain: 

- Kebakaran akibat kebakaran benda lain yang berdekatan atau tempat penyimpanan kendaraan bermotor, 

- Kebakaran akibat sambaran petir, 

- Kerusakan karena air dan atau alat-alat lain yang digunakan untuk mencegah atau memadamkan kebakaran, serta karena perintah pihak berwenang dalam upaya pencegahan menjalarnya kebakaran. Di luar perlindungan tersebut, pemilik bisa memperluas cangkupan asuransi.


sumber: kompas 

Selasa, 15 September 2020

Premi Asuransi Umum di Tujuh Sektor Ini Tetap Tumbuh Saat Pandemi, Kenapa?

 


Kendati sektor-sektor utama penyumbang pendapatan premi industri asuransi umum tertekan, masih ada tujuh lini usaha yang tetap tumbuh di semester I/2020.


Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) dari 14 lini usaha yang ditangani, pendapatan premi dari asuransi satelit, rangka kapal, personal accident, tanggung gugat atau liability insurance, energy on shore, engineering, dan penerbangan masih tercatat mengalami pertumbuhan.


Asuransi satelit tumbuh 78,4 persen (year-on-year/yoy) dari Rp15 miliar ke Rp28 miliar. Sementara asuransi rangka kapal tumbuh 23,9 persen (yoy) dari Rp859 miliar ke Rp1,06 triliun.


"Marine hull membaik memang karena memang distribusi meningkat, terutama inter island atau domestik dan tidak dipengaruhi pandemi Covid-19," jelas Ketua AAUI Hastanto Sri Margi Widodo kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).


Widodo menjelaskan lini usaha yang tampak naik notabene memiliki pangsa pasar yang segmented. Berbeda dengan penyumbang utama premi, yakni asuransi properti, asuransi kredit, dan asuransi kendaraan, yang memang sudah umum dikenal dan kebanyakan terdampak perekonomian yang melemah akibat pandemi.


"Tapi personal accident atau kesehatan dan kecelakaan, justru naik akibat pandemi, walaupun pasar kita segmented. Energy onshore juga meningkat walaupun sangat sedikit pemainnya," tambahnya.


Personal accident yang di dalamnya termasuk asuransi kesehatan tercatat naik 15,6 persen (yoy) dari Rp3,59 triliun ke Rp4,15 triliun. Sementara energy onshore atau di wilayah daratan, naik 30,8 persen (yoy) dari Rp1,02 triliun ke Rp1,34 triliun.


Lini bisnis asuransi lain yang juga tercatat naik, yaitu tanggung gugat 13,4 persen (yoy) dari Rp1,36 triliun ke Rp1,54 triliun, engineering naik 4,7 persen (yoy) dari Rp1,27 triliun ke Rp1,33 triliun, serta aviation atau penerbangan yang naik 1,7 persen dari Rp899 miliar ke Rp914 miliar.


sumber:  bisnis 


Rabu, 09 September 2020

AAUI: Optimalisasi WFH dan Teknologi, Dua Kunci Masa Depan Asuransi Umum

 


Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo mengungkapkan ada dua kata kunci untuk membangkitkan lagi industri asuransi umum.


Hal ini dikatakannya dalam diskusi virtual bertajuk Industry Roundtable: Insurance Industry Perspective bersama Marketeers, Selasa (8/9/2020). Pertama, yaitu langkah menekan biaya operasional demi menjaga arus kas dan liabilitas perusahaan asuransi, kuncinya dengan optimalisasi work from home (WFH).


"Dengan right technology, proper remuneration scheme, dan real WFH yang benar-benar efektif, memang betul kami buktikan sendiri bahwa ini do perform better," ujar Widodo.


Widodo mengungkap bahwa AAUI pun terus mengedukasi anggotanya untuk menerapkan WFH secara efektif, bercermin dari bukti hasil studi kasus di perusahaannya, PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI).


"Di perusahaan kami, tentunya zero Covid-19, padahal kita ada 28 branch office dan 456 pegawai, yang tiap kantor isinya tinggal satu-duanya orang handling claim. Kemudian, kita punya savings yang sangat besar di utility bills and transport cost," jelasnya.


Selain itu, dari sisi kinerja karyawan, Widodo menjelaskan justru kecepatan pembuatan polis di ASBI meningkat 25,3%. Hal ini karena semua serba efektif dan tidak ada lagi karyawan yang bekerja secara overload.


"Uniknya dari angka ini, beberapa yang saya temukan, ternyata para ibu-ibu karena tidak harus dandan dan tidak harus ke kantor, kerjanya jadi cepat. Makanya, pada 18 Agustus 2020 kita memutuskan untuk menerapkan WFH forever," tambahnya.


Kata kunci kedua, yakni optimalisasi teknologi informasi. Widodo menjelaskan bahwa AAUI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun terus mendorong perkembangan HealthTech dan InsureTech di Indonesia.


AAUI dan OJK telah membicarakan terkait artificial intelligence untuk menangani konsumen, tentang data special terkait penanganan risiko yang ada, juga berdiskusi dengan USAID dan Worldbank yang tertarik memajukan unsur teknologi dalam konteks asuransi di Indonesia.


"Kementerian Kesehatan punya e-health policy framework dan AAUI akan bekerja untuk promoting bersama OJK regulatory sandbox dari sisi bisnisnya. Ini area yang akan go forward, karena orang masuk ke RS orang nggak mau, semua mengarah ke telemedicine," ujar Widodo.


Kendati belum ada contoh nyata di Indonesia terkait penggunaan AI untuk industri asuransi, Widodo menggambarkan bahwa platform seperti Sabrina milik PT Bank BRI bisa menjadi contoh ke depan buat industri asuransi.


Sementara untuk pengolahan data, AAUI mencontohkan sebuah program yang telah sukses di Sulawesi, yakni asuransi mikro untuk para petani coklat. Asuransi melindungi dari kekeringan, low temperature atau hujan berlebihan, dengan pemetaan risiko berbasis data iklim dari satelit NOAA yang telah mengcover seluruh wilayah Indonesia.


"AAUI sudah punya MoU dengan MAIPARK, dan IFC, juga MARS sebagai produsen coklat, untuk memberikan pinjaman kepada petani coklat di Sulawesi yang asuransinya akan di-cover oleh perusahaan asuransi Indonesia terhadap berbagai kemungkinan yang tadi sudah dikalkulasi," ujarnya.

sumber: bisnis 


Rabu, 02 September 2020

Klaim Asuransi Kendaraan, Jadi Taksol Tanpa Lapor Hilangkan Hak


Klaim asuransi mobil akan gugur jika kendaraan dialihkan menjadi taksi online. Pasalnya kendaraan mengalami perubahan fungsi dari kendaraan pribadi menjadi angkutan komersil.


Head of Communication & Event Asuransi Astra, Laurentius Iwan Pranoto melalui keterangan resminya, Sabtu (20/6/2020), menyebutkan untuk membuat klaim asuransi kendaraan tidak tertolak, maka pemilik kendaraan harus segera melaporkan perubahan pemanfaatan kendaraan kepada pihak asuransi.


“Merujuk dari Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) pasal 4 mengenai definisi yang membedakan penggunaan mobil pribadi dengan penggunaan mobil komersial. Diantaranya pada poin 12. Penggunaan Pribadi adalah penggunaan atas Kendaraan Bermotor tersebut untuk kepentingan angkutan pribadi pengguna kendaraan,” ulas Iwan.


Selain perubahan pemanfaatan, penyewaan mobil atau rental kendaraan juga dapat menjadi penyebab klaim tertolak jika terjadi kecelakaan.


"Selain itu pada poin 13. Penggunaan Komersial adalah penggunaan atas Kendaraan Bermotor tersebut untuk disewakan atau menerima balas jasa," jelas Iwan.


Laporan pemilik mobil ke pihak asuransi diperlukan, karena Jika tidak melaporkan kepada pihak asuransi, akan dianggap ingkar janji. Pembelian kendaraan di nilai di luar perjanjian awal yang tercantum pada polis.


Untuk memastikan perlindungan tetap maksimal, Irwan mengharapkan pemilik kendaraan selalu mengkonsultasikan setiap perubahan kecil yang ingin dilakukan pada mobil.


“Agar ketika terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, proses klaim kerusakan dapat dilakukan dengan lebih mudah,” katanya.


sumber: bisnis 

Selasa, 01 September 2020

Meski Pandemi, Aset Industri Asuransi Umum Naik 7,65% di semester I 2020



Meski ada pandemi Covid-19, industri asuransi umum mencatatkan kenaikan jumlah aset selama enam bulan tahun ini. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan aset investasi dan bukan investasi.


Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Juni 2020 nilai aset industri asuransi umum Rp 163,05 triliun atau naik 7,65% dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 151,45 triliun. Dari situ, aset investasi dan bukan investasi masing - masing tumbuh 3,11% yoy dan 12,06% yoy.


Kenaikan itu, juga dialami pemain asuransi. PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) mempunyai aset senilai Rp 4,01 triliun hingga Juni 2020. Nilai itu naik 10,77% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yakni Rp 3,62 triliun.


Presiden Direktur Aswata Christian Wanandi bilang, kenaikan tersebut didorong kenaikan aset reasuransi menjadi Rp 1,65 triliun. Pada Juni 2019 lalu, aset reasuransi Aswata masih di posisi Rp 1,34 triliun.


"Adanya kenaikan klaim dan bisnis properti juga naik sehingga porsi reasuransi juga ikut naik," kata Christian kepada Kontan.co.id, Rabu (19/8).


Dengan realisasi itu, ia optimistis nilai aset perusahaan kembali naik. Sebab, proyeksi itu didorong oleh bisnis asuransi properti dan engineering yang bakal menanjak ke depan.


Aset PT Asuransi Bintang Tbk juga terkerek. Hingga Juni 2020, aset perusahaan naik 3,62% yoy menjadi Rp 888,62 miliar. Direktur Utama Asuransi Bintang HSM Widodo bilang pihaknya akan terus mengontrol aspek solvabilitas dan akseptasi agar aset tetap terjaga.


"Lebih jauh lagi kerja dari rumah (WFH) juga meningkatkan kualitas collection yang  terlihat dari penurunan outstanding premi walaupun masih terjadi peningkatan produksi," terangnya.


Dengan Combined operating ratio (COR) dan cashflow management yang positif, maka aset investasi juga bisa naik. Sejauh ini, kontrol ketat terhadap penjualan masih menorehkan pertumbuhan 17,6% ytd pada Juli lalu.


"Dan jika digabung dengan collection yang meningkat semuanya akan end up di kenaikan aset investasi untuk mengimbangi kenaikan liabilitas dari sisi cadangan premi," ungkapnya.


Ia menyebut, investasi perusahaan sangat sedikit di saham. Kebanyakan pada instrumen deposito dan surat berharga negara (SBN) yang diperkenankan melalui  metode basis akrual. Sehingga perusahaan tidak ada eksposur ke market volatil.


"Untuk target investasi kita tidak push untuk high risk-high return. Prioritas ada pada keamanan investasi. Low risk semua, dan diawasi oleh komite investasi," tutupnya.


sumber: kontan 

Selasa, 25 Agustus 2020

Industri Asuransi Umum Catatkan Aset Rp163,05 Triliun pada Paruh Pertama




Industri asuransi umum mencatatkan total aset senilai Rp163,05 triliun. Nilai ini menurun 2,62 persen (quartal-to-quartal/q-to-q) dibandingkan dengan posisi Maret 2020 senilai Rp167,44 triliun, saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia.


Berdasarkan Statistik Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari jumlah tersebut, senilai Rp77,01 triliun atau 47,23 persen di antara total aset merupakan aset investasi.


Aset itu ditempatkan dalam berbagai instrumen investasi, dengan penempatan tertinggi ada pada instrumen deposito senilai Rp24,66 triliun atau 32,02 persen dari total investasi.


Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo menjelaskan bahwa industri asuransi umum tidak terlepas dari dampak langsung dan tidak langsung pandemi Covid-19. Kontraksi ekonomi yang menyebabkan ketatnya likuiditas menjadi tantangan terberat industri.


Sebagai penunjang industri keuangan, investasi, dan perdagangan, asuransi menjadi bagian integral dari ekosistem dunia usaha untuk menghilangkan sebagian area risiko atau ketidakpastian yang ada. Oleh karena itu, dalam kondisi krisis industri asuransi harus tetap terjaga karena berperan menunjang industri lainnya.


"Dengan prinsip pooling dari pencadang risiko-risiko yang ada, semakin besar industri asuransi maka biaya pencadangan risiko atau premi akan semakin efisien. Besaran yang dapat diinvestasikan kembali kepada masyarakat juga akan semakin besar," ujar Widodo kepada Bisnis, Rabu (12/8/2020).


Menurutnya, salah satu hal yang sudah dilakukan industri asuransi umum yakni dengan mendukung relaksasi di industri pembiayaan dan perbankan. AAUI telah mengupayakan adanya perizinan kolektif untuk produk asuransi khusus perpanjangan at cost.


Upaya tersebut dapat menopang jalannya restrukturisasi kredit yang sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat. Perizinan kolektif itu pun meningkatkan ketahanan dari penyaluran kredit selain melalui asuransi kredit yang sudah ada sebelumnya.


Widodo menjelaskan bahwa penyaluran kredit bagi masyarakat merupakan salah satu langkah yang dapat menjaga perputaran roda perekonomian. Oleh karena itu, proteksi dari kredit itu harus tetap dijaga, sehingga industri asuransi umum harus terus tumbuh.


Dia pun menilai bahwa kondisi pandemi Covid-19 dapat menjadi titik tolak untuk meningkatkan penetrasi asuransi masyarakat yang masih sangat rendah. Proteksi terhadap berbagai risiko, baik objek fisik maupun jiwa, menjadi sangat penting dalam kondisi krisis saat ini.


"Kondisi beberapa kasus investasi asuransi yang ada saat ini menambah buruk kondisi yang ada. Berbagai langkah literasi publik akan sangat diperlukan untuk memperbaiki citra dan persepsi terhadap asuransi. Ini perlu dilakukan segera oleh para pelaku industri," ujar Widodo.


sumber:  bisnis

Jumat, 14 Agustus 2020

Industri Asuransi Umum Catatkan Aset Rp163,05 Triliun pada Paruh Pertama

 

Industri asuransi umum mencatatkan total aset senilai Rp163,05 triliun. Nilai ini menurun 2,62 persen (quartal-to-quartal/q-to-q) dibandingkan dengan posisi Maret 2020 senilai Rp167,44 triliun, saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia.


Berdasarkan Statistik Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari jumlah tersebut, senilai Rp77,01 triliun atau 47,23 persen di antara total aset merupakan aset investasi.


Aset itu ditempatkan dalam berbagai instrumen investasi, dengan penempatan tertinggi ada pada instrumen deposito senilai Rp24,66 triliun atau 32,02 persen dari total investasi.


Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo menjelaskan bahwa industri asuransi umum tidak terlepas dari dampak langsung dan tidak langsung pandemi Covid-19. Kontraksi ekonomi yang menyebabkan ketatnya likuiditas menjadi tantangan terberat industri.


Sebagai penunjang industri keuangan, investasi, dan perdagangan, asuransi menjadi bagian integral dari ekosistem dunia usaha untuk menghilangkan sebagian area risiko atau ketidakpastian yang ada. Oleh karena itu, dalam kondisi krisis industri asuransi harus tetap terjaga karena berperan menunjang industri lainnya.


"Dengan prinsip pooling dari pencadang risiko-risiko yang ada, semakin besar industri asuransi maka biaya pencadangan risiko atau premi akan semakin efisien. Besaran yang dapat diinvestasikan kembali kepada masyarakat juga akan semakin besar," ujar Widodo kepada Bisnis, Rabu (12/8/2020).


Menurutnya, salah satu hal yang sudah dilakukan industri asuransi umum yakni dengan mendukung relaksasi di industri pembiayaan dan perbankan. AAUI telah mengupayakan adanya perizinan kolektif untuk produk asuransi khusus perpanjangan at cost.


Upaya tersebut dapat menopang jalannya restrukturisasi kredit yang sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat. Perizinan kolektif itu pun meningkatkan ketahanan dari penyaluran kredit selain melalui asuransi kredit yang sudah ada sebelumnya.


Widodo menjelaskan bahwa penyaluran kredit bagi masyarakat merupakan salah satu langkah yang dapat menjaga perputaran roda perekonomian. Oleh karena itu, proteksi dari kredit itu harus tetap dijaga, sehingga industri asuransi umum harus terus tumbuh.


Dia pun menilai bahwa kondisi pandemi Covid-19 dapat menjadi titik tolak untuk meningkatkan penetrasi asuransi masyarakat yang masih sangat rendah. Proteksi terhadap berbagai risiko, baik objek fisik maupun jiwa, menjadi sangat penting dalam kondisi krisis saat ini.


"Kondisi beberapa kasus investasi asuransi yang ada saat ini menambah buruk kondisi yang ada. Berbagai langkah literasi publik akan sangat diperlukan untuk memperbaiki citra dan persepsi terhadap asuransi. Ini perlu dilakukan segera oleh para pelaku industri," ujar Widodo.


Sumber:  bisnis